Sabtu, 12 Desember 2015

 Minggu Ceria di halaman TBM

 Belajarpun jalan terus, bekerjsama di TBM lebih mudah

sekali kali lombapun oke...ayo yg mau gabung boleh ikutt...grattisann...tp berhadiah lho

Minggu, 02 Agustus 2015

Jangan Menyerah Terus Berkarya untuk Negeri yang Kita Sayangi

Kami terus berkarya dalam kesederhanaan layanan dengan memberikan bantuan tambahan ilmu bahasa inggris bagi siswa siswi SD yang ada dilungkungan TBM Arjasari
Sebagai bukti bahwa mereka pernah berkunjung adalah dengan beraksi di depan lukisan khas TBM Arjasari

Salah satu aktifitas TBM Arjasari dalam rangka mengisi liburan sekolah "lomba busana literasi"

Berbagai aktifitas positif senantiasa kami sebarkan untuk kemakmuran ilmu pengetahuan di daerah Arjasari

Olaharagpun menjadi bagian hidup aktifitas TBM Arjasari pada setiap minggunya

Siapa yang berbagi, maka dia akan dibagi oleh yang lainnya...ayo teruskan meski dalam kesederhanaan

Rabu, 16 Juli 2014

Jangan Pernah Remehkan Dapur



Dapur umumnya bagi orang Indonesia adalah sebuah tempat atau ruangan khusus yang memiliki perlengkapan dan peralatan untuk mengolah makanan hingga siap untuk disajikan. Makanan mahal dengan banderol lima ratus ribu per piring atau makanan alakadarnya dengan harga lima ribu saja per piringnya dapat diolah di tempat ini. Sebagaimana fungsinya bahwa dapur tempat memproses, tempat berkreatifitas hingga tempat berinovasi seni kuliner para ibu dan sedikit para bapak.
Menurut cerita, orang Mesir dan orang Yunani-lah yang pertama taman membuat dan menemukan dapur, termasuk teknologi yang digunakannya, seperti tempat menyimpan bahan makanan dan masakan yang sudah jadi agar tidak cepat basi. Namun, bangsa Romawi disebut-sebut memiliki ruang dapur yang lebih maju karena sudah dilengkapi dengan perkakas yang hampir sama dengan peralatan dapur pada masa kini. Pada waktu itu. dapur orang Romawi awalnya terletak di tengah rumah yang kemudian dipindahkan ke belakang untuk menghindari resiko kebakaran karena bahan bakar yang digunakan pada saat itu adalah arang yang mampu menyimpan bara api dalam waktu lama.
Seiring dengan kemajuan zaman, fungsi dapur tersebut tidak hanya sebagai tempat memasak, tetapi sudah lebih dari itu. Saat ini dapur sering menjadi tempat curhat, ngobrol, menimba ilmu, tempat diskusi, tempat juri memberikan penilaian hingga menjadi tempat “tempur” penyelesaian aneka masalah keluarga. Sepertinya dapur sudah memiliki kemampuan untuk berevolusi menjadi tempat yang “serba bisa”.
Dan yang menarik, kelahiran TBM Arjasari pada tahun 2002 lalu berawal dari dapur yang sebagaimana dijelaskan di atas. Pada saat itu dapur menjadi tempat menampung seluruh aspirasi masyarakat. Dapur yang oleh pemiliknya, saat itu Pak Agus Munawar, telah disulap menjadi arena berbagi ilmu, berdiskusi dan tempat musyawarah warga. Semua merasa nyaman meski tempatnya tidak lebih dari 2 x 2 meter saja.
Mulai dari dapur ini pula, ide untuk membuat tempat baca atau perpustakaan milik masyarakat berkembang. Menyusun rencana, mengelola kegiatan pembangunannya hingga selesainya sebuah gedung yang representative diamati dari dapur ini. Dapur telah menginspirasi P Agus untuk menyebarkan ilmu pengetahuan pada masyarakat.
Begitulah adanya TBM Arjasari yang berawal dari dapur kecil miliknya P Agus Munawar yang berkembang menjadi seperti sekarang. Jika tidak salah mengingat penulis dulu pernah menyumbangkan 20 majalah Mangle dan beberapa buku bekas. Tetapi sekarang TBM Arjasarilah yang menyumbang penulis dengan aneka majalahnya, sampe sampe penulis merasa bingung harus membaca majalah yang mana terlebih dahulu. Semoga menginspirasi di ramadahan 1435 H kali ini.
Abdul Holik (Pengelola TBM Arjasari)

Senin, 06 Januari 2014

Beda Tempat, Beda Istilah tapi "satujuan"

Berbeda tempat berdiri selalu melahirkan istilah yang berbeda walau pada substansi kegiatannya sama. Perpustakaan dan Taman Bacaan Masyarakat contohnya. Satu lembaga ada di lahan(jalur) formal dan yang satunya ada di lahan non formal seperti TBM, rumah baca, sudut baca dll. Bahkan dijalurnya sendiri mereka memiliki jenisnya masing masing seperti yang tercantum dalam UU Perpustakaan No 43 tahun 2007, ada tiga jenis perpustakaan saat ini yaitu perpustakaan nasional, perpustakaan umum dan perpustakaan khusus. Demikian juga dengan TBM, sebagimana tercantum dalam juknis pengajuan proposal TBM Penguatan yang dikeluarkan oleh KEMENDIKBUD Direktorat PAUDNI, bahwa dari sisi pendanaan ada tiga jenis yang berkembang yaitu TBM Mandiri dengan pembiayaan dan akte yang berdiri sendiri, TBM Lembaga dengan pembiayaan dan akte berada dibawah lembaga, serta TBM Publik dengan pembiayaan awal pendirian dari pemerintah dikisaran 100 hingga 200 juta.
Dalam amatan saya, perbedaan istilah dan pendanaan yang disebutkan diatas berimbas pada pelayanan yang diberikan setiap lembaga (TBM dan Perpustakaan). Ada lembaga yang melayani penggemarnya (pemustaka) sesuai dengan jam kerja dimana lembaga itu berada, dan ada lembaga yang melayani penggermarnya hingga 12 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu hampir tidak mengenal jam kerja.  Demikian juga dalam hal regulasi yang diterapkan, semua tergantung pada lembaganya masing masing.  Tentu ini sangat menarik.
Terlepas dari adanya beda layanan dan regulasi, substansi kegiatan yang dilakukan kedua lembaga tersebut sama persis bagai pinang tak berbelah (baca; dibelah dua). Kedua duanya bermaksud meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui serangkaian informasi yang disediakannya. Melayani masyarakat berbagai kalangan melalui koleksi bacaan yang dimiliki. Mulai dari koran bekas, buku bekas hingga buku dan koran terbitan terbaru. Bahkan untuk beberapa lembaga, mampu menyediakan hidangan internetan gratiss, tentu bagi pemustaka yang menjadi anggota lembaga tersebut. Bahkan untuk lembaga perpustakaan mereka memiliki program ungulan dengan Mobil Pintarnya, yang menjemput pembaca dimana mereka berada. Kondisi ini mungkin tidak ditemukan ditempat lain tetapi dapat ditemukan pada beberapa lembaga yang ada di Kabupaten Bandung.
Yang menarik adalah sinergi yang terbangun diantara kedua lembaga tersebut. Saling mengisi dan bertukar kegiatan menjadi khasnya mereka. Tidak ada kecanggungan. Ketidakberdayaan pada satu lembaga dalam hal tertentu diisi oleh lembaga lainnya. Pelibatan seluruh stake holder dalam merancang kegiatan menjadi titik temu kerjasama. Tidak ada perbedaan dalam melayani masyarakat semua bahu membahu untuk peningkatan angka melek huruf masyarakat yang menjadi ukuran IPM suatu daerah. Semoga keadaan ini terus terbangun seiring dengan semakin sadarnya masyarakat bahwa meningkatkan kemampuan membaca adalah salah satu cara dalam meningkatkan kesejahteraan dan tarap hidup masyarakat. Salam literasi. 

Abdul Holik (Pengelola TBM Arjasari Kab. Bandung)

"Menggeser" Paradigma Membaca


Paradigma membaca masyarakat
Membaca, umumnya masyarakat Indonesia beranggapan hanya untuk menghabiskan waktu luang, dari pada melakukan aktifitas yang tidak menentu mendingan baca. Dalam hal ini membaca bukan sebuah kebutuhan hidup layaknya makan dan minum yang harus dilakukan setiap hari untuk memenuhi rasa haus dan laparnya tubuh, melainkan sebatas aktifitas ringan tanpa tujuan dan tidak berbekas. Jika aktifitas membaca seperti ini berlanjut di sepanjang kehidupan seseorang, Ubaidillah dalam situs e-psikologi mengungkapkan otak orang dewasa tersebut ibarat “ceuli katel” yang tidak akan pernah mampu menyimpan informasi dari bacaan yang dibacanya sekalipun bacaanya sangat bergizi.
Dalam KBBI on line diungkapkan bahwa membaca ialah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati. Artinya aktifitas membaca harus melibatkan seluruh potensi, melibatkan seluruh panca indera. Baik mata yang mengeja huruf demi huruf, hati yang mengikuti isi bacaan hingga otak yang menyimpan isi dari bacaan tersebut. Aktifitas membaca seperti inilah yang akan meningkatkan kapasitas keilmuan seseorang. Ubaidillah melanjutkan penjelasanya bahwa membaca dengan melibatkan seluruh potensi dan konsentrasi menjadi salah satu bekal agar orang terbiasa dengan pola hidup yang mengedepankan kapasitas intelektual, nalar yang sehat, mandiri dalam mengambil keputusan, berwawasan luas, dan kaya referensi dalam mengatasi  persoalan. Oleh karenanya aktifitas membaca yang hanya “sekedar” (walaupun filsafat pragmatisme menilainya lebih positif dari pada bengong, ngelamun atau ngegosip) harus mulai digeser ke membaca “butuh” agar otak kita mampu menyimpan aneka informasi penting, mampu memperbaiki konsep-diri serta akan lebih cerdas dalam menghadapi hidup.
Memunculkan Motivasi Membaca “Butuh”
Jika pepatah lama mengatakan “banyak jalan menuju Jakarta”, demikian pula dalam hal membangkitkan motivasi membaca “butuh”. Banyak cara agar membaca menjadi sebuah kebutuhan hidup antara lain;

  • Perintah agama; banyak sekali ayat dalam Al Qur’an yang secara ekplisit maupun yang tersirat, yang memerintahkan manusia untuk membaca. Bahkan ayat yang pertama turunpun meminta manusia yang diwakili Nabi Muhammad untuk membaca. Membaca harus dengan konsentrasi karena perintah tersebut disandingkan nama Allah SWT Yang Maha Pencipta. Membaca tidak boleh main main, terutama ketika membaca Al Qur’an. Dalam hal ini aktifitas membaca sudah pasti berpahala. Siapa orang yang tidak perlu pahala, semua orang Islam pasti membutuhkannya. Oleh karenanya tidak alasan bagi orang Islam untuk tidak membaca karena membaca adalah perintah agama. Mengerti atau tidak akan bacaan tersebut membaca kitab suci adalah kewajiban pribadi yang harus dilaksanakan.

  • Meningkatkan Kesejahteraan Hidup; memang dengan membaca tidak secara langsung berdampak pada peningkatan penghasilan tetapi dengan membaca penuh konsentrasi, bacaan tersebut akan tersimpan dalam memori seseorang yang sewaktu waktu dapat dimunculkan sebagai ide atau penyemangat untuk berani berwirausaha, berani bercocok tanam, berani untuk tampil sebagai politikus hingga berani untuk tampil sebagai pemimpin yang amanah. Jangan lupa orang orang yang berhasil pada hari ini baik sebagai pengusaha, politikus, pegawai negeri maupun sebagai tukang loper koran, umumnya terilhami bacaan bacaan yang selalu mereka baca setiap harinya. Bahkan beberapa tahun yang lalu seorang loper koran mampu memenangkan sebuah quiz di sebuah statsiun TV swasta karena mampu menjawab semua pertanyaan dengan sempurna dengan imbalan hadiahnya sebesar satu milyar. Alasan keberhasilannya tersebut karena ia sering membaca secara teratur setiap pagi antara jam 6 sampai dengan jam 8 siang, sungguh luar biasa.

  • Melambatkan dan menjauhkan diri dari penyakit “alzheimer”;dalam sebuah penelitian ilmiah di Jepang bahwa membaca benar-benar dapat langsung meningkatkan daya ikat otak seseorang. Ketika membaca, otak akan dirangsang secara teratur oleh bahan bacaan yang tersimpan dalam memori sehingga meransang sel sel otak untuk tetap terhubung dan tumbuh. Keteraturan inilah yang dapat membantu mencegah gangguan pada otak termasuk penyakit alzheimer (baca:pikun). Penelitian lain menunjukkan bahwa latihan otak seperti bermain teka-teki silang dan sudoku dapat menunda atau mencegah kehilangan memori.
  • Mampu meningkatkan rasa percaya diri; terutama bagi mereka yang selalu berbicara didepan umum. Terbatasnya jangkauan diri kita terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia belahan lain, hanya bisa dipahami dan diketahui dengan membaca. Ingat, banyak orator yang menjemukan ketika berceramah, menceritakan hal yang itu itu saja dan tidak bergizi tetapi tidak demikian dengan orator atau penceramah yang sering membaca. Mereka mampu berceramah penuh gizi dan tidak menjemukan, penuh kreativitas, kaya kosa kata dan kata-kata sangat bernas. Disinilah bedanya penceramah yang banayk baca dengan penceramah yang malas membaca. Jika disuruh memilih tentu kita akan senang dan terpesona dengan penceramah yang kreatif, ungkapan ungkapanya bergizi dan mencerahkan.
Terlepas dari apa yang telah diuraikan diatas, menghabiskan waktu dengan kegiatan membaca adalah jauh lebih baik dari pada kegiatan yang nilai manfaatnya rendah. Jika iklan mengatakan apapun makanannya yang penting minumnya.......nah dalam hal ini "apapun kegiatan harian anda jangan lupa untuk selalu membaca. Ok, wallahu 'alam bishowab.
Abdul Holik (Pengelola TBM Arjasari Kab. Bandung)